Ekskavasi Situs Kumitir, Mengungkap Jejak Istana Bhre Wengker dari Era Majapahit
Situs Kumitir, sebuah situs bersejarah seluas 500 meter persegi yang terletak di Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto.
(Dok. Istimewa)
Mojokerto, Wartarakyat.site - Tim arkeolog dari Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah XI Jawa Timur kembali melanjutkan ekskavasi di Situs Kumitir, sebuah situs bersejarah seluas 500 meter persegi yang terletak di Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto.
Ekskavasi ini akan berlangsung selama 20 hari ke depan di empat titik berbeda. Situs ini diyakini sebagai bekas istana Bhre Wengker, atau yang sering disebut sebagai "istana ajaib," yang dibangun pada masa kepemimpinan Tribhuwana Tunggadewi, seorang tokoh penting dalam sejarah Majapahit.
Dugaan bahwa Situs Kumitir merupakan bekas istana Bhre Wengker dan Bhre Daha, dua tokoh penting dalam sejarah Majapahit, semakin diperkuat dengan berbagai temuan arkeologi dan catatan sejarah.
Dalam Naskah Negarakertagama, Situs Kumitir disebut sebagai salah satu istana ajaib yang dibangun pada masa pemerintahan Putri Raden Wijaya, Tribhuwana Tunggadewi (1328-1350 M).
Istana ini didirikan setelah wafatnya Raja Jayanegara (1309-1328 M), yang merupakan Raja Kedua Majapahit dan kakak tiri Tribhuwana Tunggadewi.
Menurut hipotesis yang didukung oleh peta rekonstruksi para peneliti Belanda, pembangunan istana tersebut bertujuan untuk mencegah konflik perebutan kekuasaan antara Tribhuwana Tunggadewi dan adik kandungnya, Bhre Daha.
Kedua putri Raden Wijaya, pendiri Majapahit, dianggap sama-sama memiliki hak untuk menjadi penguasa kerajaan setelah Jayanegara wafat.
Istana Barat, yang diyakini berada di Situs Kedaton atau Situs Sumur Upas di Desa Sentonorejo, Trowulan, ditempati oleh Tribhuwana Tunggadewi bersama suaminya, Bhre Tumapel atau Kertawardhana.
Setelah itu, istana tersebut diwariskan kepada putranya, Hayam Wuruk, salah satu raja terbesar dalam sejarah Majapahit.
Situs Kumitir juga dikenal sebagai tempat pendarmaan Mahesa Cempaka, seorang raja bawahan Singosari yang merupakan leluhur dari Tribhuwana Tunggadewi.
Mahesa Cempaka, yang merupakan kakek dari Raden Wijaya, meninggal pada tahun 1268 Masehi dan pernah menjadi Bhre Daha, pemimpin salah satu wilayah Kerajaan Singosari. Situs ini diyakini dibangun oleh Bhre Wengker untuk menghormati leluhurnya.
Ekskavasi ini diharapkan dapat memperkuat bukti sejarah yang menunjukkan bahwa Situs Kumitir adalah salah satu bagian penting dari kejayaan Kerajaan Majapahit dan memberikan gambaran lebih jelas tentang warisan budaya yang ditinggalkan oleh kerajaan tersebut. (Ed: Ruk)