Korupsi dan Dilema APBD, Bandara Jember Kini Jadi Prioritas Gus Fawait
Bandara Notohadinegoro Jember. (Dok. Istimewa) |
JEMBER (WARTARAKYAT) – Calon Bupati terpilih Kabupaten Jember, Gus Fawait, menyatakan komitmennya untuk mempercepat pengoperasian kembali Bandara Notohadinegoro, yang dianggap sebagai kunci pembangunan ekonomi daerah.
Pernyataan ini mencuat setelah pertemuan bersama berbagai pihak terkait di Jakarta, Kamis (5/12/2024) termasuk Angkasa Pura, Citylink, dan Kementerian Perhubungan, dengan dukungan anggota DPR RI seperti Bambang Hariyadi dan Gus Rifki dari PKB.
Langkah ini bukanlah pertama kalinya bandara tersebut menjadi perhatian. Pada 2011, Pemerintah Kabupaten Jember pernah merencanakan pengoperasian kembali Bandara Notohadinegoro, yang kala itu terkendala masalah pendanaan dan fasilitas.
Bahkan, Pemkab sempat mengajukan dana Rp 80 miliar ke pemerintah pusat untuk perbaikan fasilitas, seperti alat bantu pendaratan (Adanta D-4), kendaraan pemadam kebakaran, penyempurnaan landasan pacu, lampu bandara, pagar, terminal penumpang, taxiway, dan apron.
• Belajar dari Masa Lalu
Bandara Notohadinegoro memiliki sejarah panjang yang tidak lepas dari tantangan. Dibangun antara 2002 hingga 2006 dengan dana APBD senilai Rp 23 miliar, bandara ini sempat diuji coba pada 2005 dengan menghadirkan mantan Presiden RI KH Abdurrahman Wahid. Namun, operasionalnya berhenti akibat kerugian dan kasus dugaan korupsi senilai Rp 5,7 miliar yang menjerat beberapa pejabat Pemkab Jember.
Pada 2008, bandara ini kembali dioperasikan selama tiga bulan, tetapi akhirnya ditutup karena tidak menghasilkan keuntungan. Ketua Komisi C DPRD Jember saat itu, Moch. Asir, mengungkapkan bahwa anggaran daerah tidak mencukupi untuk menopang keberlanjutan operasional.
“Dibiarkan pun sudah terlanjur makan dana miliaran. Tetapi, jika bandara kembali dibangun, anggaran Pemkab Jember sangat terbatas,” katanya.
• Rencana Gus Fawait untuk Masa Depan
Melihat pentingnya peran bandara dalam memajukan daerah, Gus Fawait kini mengusulkan solusi konkret. Ia menyoroti turunnya investasi sektor riil hingga 51 persen yang berdampak pada tingginya angka pengangguran dan kemiskinan di Jember. Dengan lobi-lobi intensif, ia berharap pemerintah pusat dan investor dapat mendukung percepatan pengoperasian kembali bandara.
“Kami fokus pada dua opsi penerbangan, yaitu rute Jakarta-Jember dan Bali-Jember. Dua pintu masuk utama ini akan membuka akses wisatawan dan investor ke Jember,” ujar Gus Fawait.
Selain itu, Gus Fawait mengungkapkan bahwa beberapa maskapai, termasuk dari Malaysia, telah menunjukkan minat untuk bekerjasama. Namun, syarat utama adalah perbaikan dan penyempurnaan fasilitas bandara.
“InsyaAllah, kami juga akan bertemu dengan maskapai swasta seperti Lion Group. Dengan dukungan pemerintah pusat dan anggota DPR RI, kami optimis bandara ini bisa segera beroperasi kembali,” tambahnya.
• Harapan Jember untuk Bangkit
Rencana pengoperasian kembali
Bandara Notohadinegoro juga sejalan dengan kebijakan Pemerintah Provinsi Jawa Timur untuk memacu penerbangan citylink antarkota melalui pengembangan sembilan lapangan terbang, termasuk Notohadinegoro.
Dengan operasional bandara ini, Gus Fawait berharap kunjungan wisatawan dan investasi ke Jember meningkat, membuka lapangan kerja, mengurangi pengangguran, dan menekan angka kemiskinan.
“Data wisatawan kita saat ini belum mencapai satu juta kunjungan, lebih rendah dibandingkan tahun 2019. Kami ingin mengubah ini agar Jember menjadi tujuan utama wisatawan dan investor,” tutupnya.
(Ed: Ruk)
Sumber: