PMI Asal Prabumulih Terjebak di Singapura, Agen Tuntut 26 Juta
![]() |
Lingkungan lokasi tempat Puspa Dewi bekerja di Singapura. (Dok. Tangkapan layar Akun Medsos Puspa Dewi) |
Prabumulih (Wartarakyat) – Seorang Pekerja Migran Indonesia (PMI) asal Kota Prabumulih, Sumatera Selatan, yang diketahui berangkat secara non-prosedural, mengungkapkan keinginannya untuk pulang setelah hanya sebulan bekerja di Singapura.
Pekerja migran bernama Puspa Dewi (36) tersebut mengaku tidak nyaman dengan kondisi majikan yang sering marah dan tidak sesuai dengan harapannya, membuatnya tertekan dan ingin kembali ke tanah air.
Melalui pesan suara yang diterima oleh Media pada Minggu (9/2/2025), Puspa menceritakan pengalamannya sejak berangkat ke Singapura pada 7 Januari 2025.
Ia mengungkapkan bahwa kondisi di tempat kerjanya sangat jauh dari yang diharapkan. Setelah hanya beberapa hari bekerja, ia merasa tidak aman dan tertekan oleh perlakuan majikan.
"Saya bertahan selama 5 hingga 6 hari saja, lalu saya langsung mengadu ke agen dan keluarga terkait kondisi saya," ujar Puspa dalam pesan suara tersebut.
Puspa Dewi mengaku bahwa ia berangkat ke Singapura melalui jalur non-prosedural, yang dikenal dengan istilah Calling Visa.
Sebagai bagian dari sistem ini, Puspa harus menyerahkan sejumlah uang potongan gaji selama tiga bulan kepada agen yang membantunya.
"Prosedurnya untuk pemberangkatan sudah diatur oleh seseorang di Jakarta bernama Pak Muhtar, " tambah Puspa dengan suara terisak-isak.
Puspa juga menjelaskan bahwa meskipun ia mengalami masalah serius dengan majikan, agen yang memberangkatkannya tetap meminta biaya yang sangat tinggi jika ia ingin pulang.
Pihak agen menuntut uang sebesar Rp 26 juta jika Puspa ingin kembali ke Indonesia, sebuah jumlah yang jauh melebihi kemampuan keluarganya.
"Saya sudah memberitahukan kondisi saya kepada agen dan keluarga, namun keluarga hanya memiliki Rp 2 juta yang berasal dari bantuan teman dan tetangga," jelasnya.
Puspa yang memiliki dua orang anak yang saat ini tinggal bersama orang tuanya di kampung halaman, berharap ada pihak yang bisa membantu memulangkannya. Namun, kondisi ekonomi orang tuanya juga tidak mendukung untuk membayar biaya pemulangan yang sangat besar.
"Orang tua saya bahkan sempat mencoba untuk menjual rumah agar saya bisa pulang, tapi belum ada yang membeli," ungkap Puspa sambil menangis.
Selain itu, Puspa mengungkapkan bahwa beban psikologis yang ia alami sudah sangat berat, bahkan sampai membuatnya merasa putus asa dan berpikir untuk mengakhiri hidup.
Dalam rekaman suara yang diterima oleh Wartarakyat, Puspa mengaku sangat tertekan dengan kondisi ini, merasa tidak ada jalan keluar.
Sampai berita ini diturunkan, pihak Media terus berusaha untuk mencari informasi lebih lanjut mengenai kontak keluarga Puspa Dewi di Kota Prabumulih, Sumatera Selatan, untuk membantu upaya pemulangannya. (Ruk)